Cari Blog Ini

Info Revitalisasi Gerakan Pramuka

Minggu, 31 Oktober 2010

Catatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2010


Membaca Kembali Makna Sumpah Pemuda
Catatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2010

Sebuah ungkapan klasik, telah berulangkali disebutkan bahwa sejarah perjalanan bangsa Indonesia sejatinya tidak lepas dari keberadaan dan peran pemuda. Di republik ini, peran pemuda sangat jelas terlihat pada awal perjuangan kemerdekaan, masa kemerdekaan itu sendiri, dan pasca kemerdekaan bangsa. Singkat kata, dari prosesi tahapan-tahapan momentum kebangsaan, kita akan selalu menemui jejak tapak eksponen kepemudaan.

Dalam berbagai dokumen dan referensi, tersebut kiprah pemuda di Indonesia diawali pada permulaan tahun 1908 yang ditandai dengan berdirinya Budi Utomo. Semangat kebangkitan ini kemudian mengkristal dengan dideklarasikannya momentum besar, yakni Sumpah Pemuda, pada tanggal 28 Oktober tahun 1928. Peristiwa ini memberi hikmah pertama catatan penting dalam mempersatukan perjuangan pemuda dan perjuangan bangsa secara terpadu. Kedua, Sumpah Pemuda meletakkan arah dan tujuan perjuangan  menentang kolonialisme. Sehingga, ketiga, Sumpah Pemuda sejatinya adalah genealogi-politik menuju proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

“Kami putra-putri Indonesia”, begitu Sumpah Pemuda dibunyikan, bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu yakni tanah air, bangsa dan bahasa: Indonesia. Dalam torehan tinta sejarah bangsa, momentum tersebut telah menemukan sebuah konsepsi geopolitik dan identitas kebangsaan yang memaknai eksistensi sebuah negeri berlabel Indonesia. Dengan arti kata, bahwa Sumpah Pemuda adalah sebuah pernyataan politik dan sekaligus gerakan kebudayaan yang mengawali sebuah aktivisme pergerakan kepemudaan.

Minggu 28 Oktober 1928, selayaknya tidak hanya disebutkan sebagai hari sumpah pemuda melainkan juga hari lahirnya bangsa Indonesia.  Sumpah Pemuda adalah tidak lain sebuah factum unionis atau akta lahirnya sebuah definisi bangsa berikut unit geografi politiknya (tanah air Indonesia) dan identitas nasional (bahasa Indonesia dan simbol merah putih). Definisi itu lebih tegaskan dalam syair lagu Indonesia Raya yang diperdengarkan secara resmi untuk kali pertama.

Ketika itu dalam dada kaum muda, Indonesia adalah sebuah ikon untuk mengenyahkan (me-reflace) sebutan Hindia Belanda. Hal ini merupakan sebuah konsentiasi untuk menjadi sebuah bangsa yang otonom dan mandiri. Sumpah Pemuda merefleksikan adanya unsur rakyat Indonesia yang ketika itu mengihktiarkan sebuah negara yang merdeka, keluar dari ketertindasan oleh penjajah kolonial Belanda. Pernyataan pemuda itu pula adalah aksentuasi rakyat untuk berbangsa dan bertanah air yang merdeka, dengan bangunan karakter yang dinyatakan sebagai Indonesia.

Lebih ekstrim juga dapat terbaca bahwa sejak saat itu, revolusi ke arah kemerdekaan bangsa telah diawali. Disaat itu pula, sejatinya perjuangan bangsa  telah menemukan gerbangnya. Bangsa Indonesia adalah ibu pertiwi, demikian istilah pemuda-pemuda yang juga menyebutkan dirinya sebagai anak-anak bangsa. Disisi ini, ada makna cinta-kasih sayang nan tulus antara ibu dan anak. Si ibu menyapih si anak, sang anak bangsa menjadi harapan sang ibu pertiwi.

Sehingga  pada medio 1928 itu, negeri Indonesia telah dapat terbayangkan wujud rupanya. Terdapat unsur tanah air, terdapat unsur bahasa, terdapat pula lagu kebangsaan, dan juga merah putih telah dipakai simbol bersama di dada mereka. Merdeka !, pekikan perjuangan mulai menyemangati setiap derap langkah anak-anak bangsa sejak saat itu. 

Pemuda-pemuda itu adalah unit politik berdasarkan daerahnya yang hadir seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, serta wakil pemuda golongan timur asing (tionghoa). mereka adalah entitas politik yang sejatinya dapat saja mewujudkan sebuah negara merdeka pada saat itu pula. Hanya sayangnya, pemuda di tahun 1928 belum siap dengan konsep negara yang merdeka dan berdaulat. Bangsa yang mereka nyatakan tidak disempurnakan dengan ide pembentukan pemerintahan sehingga melengkapi konsep bangunan sebuah negara berdaulat. Mereka butuh waktu 17 tahun untuk sampai kepada pendirian sebuah negara berpemerintahan sendiri.  

Akan tetapi, demikianlah sejarah telah terjadi dan makna kepeloporan pemuda tidak berkurang karenanya. Mereka telah meraih emas-permata pada lembaran sejarah bangsa ini. Selain itu, mereka pula telah menanamkan makna akan nilai-nilai yang sepatutnya  menjadi pegangan kaum muda selanjutnya. Di waktu setelahnya, titik-titik sejarah gerakan pemuda terus berlanjut hingga dewasa ini.

Peran pemuda terlihat pada awal lahirnya Orde Baru tahun 1966 dengan tuntutan Tritura. Tri Tuntutan Rakyat adalah tiga tuntutan kepada pemerintah yang diserukan para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Selanjutnya diikuti oleh kesatuan-kesatuan aksi yang lainnya seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI) serta didukung penuh oleh Angkatan Bersenjata.

Pada era Orde Baru peran pemuda tampil lagi kemudian dengan mahasiswa sebagai kekuatan intinya. Antara lain Peristiwa Malari tahun 1974, peristiwa Malari dipandang sebagai demonstrasi mahasiswa menentang modal asing, terutama Jepang. Beberapa pengamat melihat peristiwa itu sebagai ketidaksenangan kaum intelektual terhadap Asisten pribadi (Aspri) Presiden Soeharto yang memiliki kekuasaan teramat besar.

Di penghujung kekuasaan Orde Baru, kekuatan pemuda yang tetap mngedepankan kekuatan mahasiswa kembali bangkit. Tahun 1998 menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan.

Alhasil, berbagai peristiwa menjadikan bukti nyata bahwa pemuda selalu menjadi garda terdepan dalam usaha-usaha perbaikan bangsa. Benang merah dari berbagai peristiwa tersebut, bahwa pemuda indonesia selalu menempatkan dirinya sebagai agen perubahan (agent of change) bagi negerinya. Konsepsi peranan ini menempati pikiran dan tindakan mereka untuk selalu menggelorakan perubahan sosial pada bangsa ini.

Pada tiap momentum perubahan yang dilakoni kalangan pemuda, selalu menyentuh nilai-nilai, sikap dan pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat. Dalam realitasnya, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari catatan sejarah sejak pencetusan ikrar Sumpah Pemuda, selain memberikan makna historis juga terdapat juga makna filosopis. Makna filosopisnya adalah semangat perjuangan, dedikasi, dan pengorbanan untuk persatuan dan kesatuan bangsa yang multikultural dengan nafas nasionalisme.

Dan kini, kepada anak bangsa sebagai generasi penerus dewasa ini perlu membaca ulang makna sumpah pemuda dengan jiwa dan semangat kebangsaan serta keinginan bersatu yang tinggi. Seperti pandangan Keith Foulcher (2008) yang menyoroti proses perkembangan Sumpah Pemuda sebagai suatu simbol nasional yang penting sejak tahun 1928 hingga sekarang. Dalam pemahamannya, Sumpah Pemuda yang kita kenal sekarang merupakan suatu hasil dari akumulasi nilai-nilai yang disisipkan dan dititipkan sejak peristiwa 82 tahun silam itu.

Dapat di indera bahwa Sumpah Pemuda sejak tahun 1928 telah terdistorsi dari masa ke masa, terutama pada hampir setengah abad belakangan ini. Olehnya, selayaknya dibutuhkan proses penyadaran bersikap kritis atas diperalatnya sejarah Sumpah Pemuda untuk kepentingan penguasa menghadapi tantangan zaman ke zaman. Foulcher mengajak semua anasir bangsa memahami prosesnya secara historis sehingga Sumpah Pemuda menjadi salahsatu simbol nasional yang penting dalam konteks untuk memahami Indonesia.

Semoga semangat aktivisme tetap terpatri di dada pemuda, meneruskan makna kesejarahan Sumpah Pemuda dan memahamkan makna filosopisnya. Ikrar Satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yakni Indonesia selayaknya tidak sekedar dibacakan pada seremoni tanggal 28 oktober setiap tahunnya. Membaca Sumpah Pemuda mutlak pada makna yang lebih dalam, tidak sekadar mengerti fakta sejarahnya[].Ditulis: Imran Thahir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar